Search This Blog

30 June 2017

Mending dikutuk menjadi Tupperware daripada menjadi Jonru.

Seperti kita tahu, Jonru membuat sebuah statement kontroversial yang sangat meresahkan masyarakat muslim pada khususnya di saat akan merayakan hari kemenangan. Jonru menyampaikan perlunya memboikot Shalat Ied di Masjid Istiqlal yang Prof Quraish Shihab akan menjadi Khatib disana dengan mencari Masjid Lainnya yang katanya berAqidah lurus Ahlus sunnah wal jamaah.

Gak perlu saya terangkan bagaimana "Sampahnya" statement dari Jonru ini. Sudah dikupas lengkap oleh Begawan dari Tirto, Arman Dani. Saya cuma kebagian ampasnya saja.

Sudah lama Jonru menjadi semacam antitesa pemerintahan Jokowi beserta Punggawanya semisal Ahok mungkin. Apapun yang dilakukan Jokowi beserta punggawanya adalah Salah. Kalaupun ada yang baik itu adalah dalam rangka pencitraan.  Senyum salah, Foto salah, Bicara salah, makan pun juga salah.

Kemungkinan besar kalau Jonru lihat Pak Jokowi Boker pasti juga dibilang salah. Salah posisi, cara duduk, cara buka celana, cara nyebok pasti dikupas tuntas setajam SILIT SILET oleh Jonru. Duh Gusti, Saakene (kasihan).

Jonru ini bikin saya Du Ngguyu atau Du Nangis jadi gak jelas. Du Ngguyu tapi kok ya nemen sekali. Du Nangis tapi kok ya termasuk salah satu makhluk ciptaan Tuhan YME.

Salah satu senjata dia adalah "Mengkritik" Pemerintah. Gimana mau mengkritik jika menempatkan sesuatunya saja masih belum pas. Dia memilah antara benci atau netral saja masih belepotan. Apalagi "perseneleng" mundur. Jadi dia gak sadar bahwa yang dia bilang kritik itu adalah Nylathu (Nyinyir).

Pria yang katanya Mualaf tapi saya malah jadi bingung dengan penjabaran dari ke"Mualaf"an dia ini melalui Fans Page nya di Facebook mempunyai banyak pengikut. Di Website milik pria DropOut ini, Jonru dianggap sebagai Masterpiece. Omongannya seperti Akun pencari Like, Share dan Amin yang statement nya pasti benar. Pengikutnya lalu koor bareng aamiin. Plis Gusti... gak adakah keinginan dari Mas Mark untuk membuat tombol "Hapus Permanent Akun Ini"? Tolong kami gusti...

Secara nama saya tidak akan membahasnya karena nama bagi saya sebuah hadiah dan doa dari orang tuanya. Jujur saya tidak mengetahui arti dari nama Jonru atau Jon Ruah Ukur nama lengkapnya. Karena memang saya bukan orang Batak dan saya juga sangat males karena itu Jonru.

Gusti... sederenge kulo nyuwun ngapunten atas kelancangan kulo njih... Kontur wajah Jonru menurut saya bisalah dirubah dikit. Gak harus di operasi plastik, agar wajahnya gak tambah Nggapleki dan Njelehi. Jenggot Sunnahnya gak bisa dibanyakin gitu? Secara sekarang Krim Wak Doyok sudah beredar luas. Masak gak bisa beli? Biar jadi tambah Manteb Sunnahnya. Apalagi kumis tipisnya yang geli-geli sedap. Panjangin lah booosss. Biar kayak Pirlo yang laki habis. Hmm, Pirlo mau gak ya saya jadikan contoh buat Jonru...

Saya menafsirkan bahwa Tuhan YME memberikan Jonru untuk kita adalah agar kita menjadi lebih Soleh, Lebih Rajin Ibadah dan Rajin Sedekah. Agar kelak tidak menjadi Jonru.

Tapi Jonru hebat juga lo. Dia lulusan UNDIP (untuk pertama kalinya saya Bangga UNDIP tidak mengijinkanku menjadi Mahasiswanya) jurusan ekonomi yang tekun berorganisasi dulunya. Dia sudah makan asam garam pergelutan dunia akademis di UNDIP ini (SEKALI LAGI SAYA BANGGA). Bukan berarti UNDIP punya andil terhadap kesalahan tata letak pikiran Jonru ini, karena gak mungkin juga UNDIP tahu ternyata di masa depan Jonru semakin GILA Menggila.

Saya kok yakin apabila Malin Kundang saat di kutuk oleh Ibunya dan disuruh milih mau dikutuk menjadi Tupperware atau Jonru, maka pilihannya mending jadi Tupperware saja. Daripada menjadi Jonru.