Search This Blog

23 July 2017

Ketika Sebuah Nilai Mengalahkan Nominal

Saat ini hal-hal yang dilakukan di dunia sudah didasarkan atas sebuah untung rugi. Apa yang kita keluarkan haruslah lebih kecil dari apa yang kita harapkan, alias ada keuntungan yang didapatkan.

Semisal, kita menjual sesuatu perhitungannya adalah nilai yang kita dapatkan haruslah lebih besar dari total biaya yang sudah kita keluarkan. Apakah nilainya sangat besar ataukah wajar itu bukan pokok utama. Yang terpenting adalah kita mendapat nilai keuntungan dari sana.

Ada lagi perhitungan untung rugi yang dipakai bukan saat perniagaan, tapi sedikit mirip.

Setiap perusahaan terkadang (mungkin sekarang sudah banyak) menyisikan sedikit keuntungan dari operasionalnya untuk dipakai sebagai dana CSR. Klean tahu kan? Google_ing.

Dana tersebut sejatinya adalah sebuah dana yang disisihkan perusahaan untuk membantu lingkungan dimana perusahaan tersebut berdiri. Bisa membantu perbaikan jalan, jembatan, kegiatan sosial masyarakat atau memperbaiki jalinan asmaramu yang sudah terkoyak (yoi coiy).

Dengan dasar itu, karena dana CSR dipakai untuk kegiatan sosial tanpa embel-embel ekonomis maka seklatennya (belon sampai yogya) tidak dipakai untuk kepentingan perusahaan walaupun itu dikata sangat minim. Kenapa? Karena kembali lagi bahwa itu merupakan dana CSR. Dana yang harusnya untuk sosial aja. Tinggal kasih aja. Ndak usah selpi2 dan woro-woro lewat media massa.

Apalagi sampai memilih Jonru jadi Brand Ambassador (emang ada ya?).

Cuma bisa jadi karena masalah perKORUPSIan kita yang sudah merajalela dan membudaya, sekiranya menjadi sah saja hal seperti itu. Biar Stake Holder (bukan Breast Holder) paham dan tahu bahwa dana CSR terpakai untuk apa, kepakainya bukan diambil di buat bancakan, tapi kerna memang kepakai. Dan juga yang tak kalah penting dan menjadi sangat penting saat ini, membuktikan bahwa Perusahan tersebut ADA dan sangat PERHATIAN terhadap masyarakat sekitarnya. Ini adalah Ilmu Dasar Marketing yang saya dapatkan dari Seminar Luar Biasa Jonru yang membludak pesertanya. Rencana maksimal sampai 8 orang namun karena animo peserta yang sangat luar biasa mengharuskan Panitia Pelaksana menambah peserta menjadi 10 orang. Luar Binasa Biasaaa.

Saya pribadi kurang sreg aja atas penomena ini. Kalau untuk sosial yang sosial aja. Ndak usah pake selpi atau poto-poto segala. Apalagi itu bisa dianggap ngiklan geratis. Lak yo Kampret to. Sudah, Hayati lelah bang... Lelah...

Namun apakah hanya itu yang selalu terjadi saat ini? Ndak juga. Saya mengetahui sendiri dengan seluruh jiwa dan raga yang terkandung di badan ini.

Gini....

Waktu itu, saat saya mo kembali ke tanah rantau dari tanah leluhurku, saya sempatkan bersilaturrahmi ke Simbahku di Blora dan juga mau ngasih kado buat ponakan baru. Mampirlah ke sodara-sodara dari Ibu. Tak tahunya dirumah sodara yang baru lahiran itu mo ada Aqiqah besoknya. Tapi kerna sudah mepet hari masuk kerja ya kami mohon maaf apabila ndak bisa ikut.
Yang membuat saya tercetar tercengang, ada Budhe yang domisili di Brebes jauh-jauh ber tut tut tut kesono. Mau ngapain coba? Cuma mo ikut acara Aqiqahan cucu dari Sodaranya. Oh My Globe...

Acara yang normalnya dilakukan kerna bersyukur atas kelahiran sang jabang bayi dengan shalawatan, berdzikir dll itu kan cuma sebentar. Memang proses sebelumnya yang agak panjang dan njlimet. Kan kudu nyiapin jajanan dan makan buat yang datang. Tapi ya itu, gak nyucuk (apple to apple) kalau menghitung seperti dasar Ilmu Ekonomi dari Mas Jonru. Biaya yang dikeluarkan juauuuh lebih besar dibanding yang didapat. La ya, paling cuma dapat jajanan sama makan sepiring. Gak kira dikasih sangu baliknya. Apalagi tiket pesawat pulang pergi. Rugi bandar kan?

Tapi apa itu yang diharapkan? Sama sekali bukan. Budhe hanya menjawab saat kutanya "silaturrahmi iku penting le, ojok diukur karo materi. Materi iku mesti entek, ning nek paseduluran iku sampek kiamat -- Silaturrahmi itu penting nak, jangan diukur hanya materi saja. Materi itu pasti habis, tapinkalau persaudaraan itu sampai kiamat kelak". Hampir saja saya jatuh tersungkur dan ingin sujud syukur saat itu. Tapi kerna saya masih anak muda yang sok gaul maka ndak usah kek gitu tapi kata-kata itu nancap di hati.
Persetan dengan para elite politik yang busuk dan berbusa mulutnya saat berbicara norma dan dogma. Saya masih punya sodara yang membumi saat berbicara tentang cinta.

Sudah? Masih ada.
Ini kejadian masih anget. Seanget mendoanku malam ini, tapi tak sehangat tai ayam.

Pagi tadi saya menghadiri undangan teman sekantor yang menikah (semoga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah). Kalau saya sih 10 menit nyampai gedung resepsi. Nah, yang menjadi keheranan saya, teman yang dulu sekantor namun sekarang endak (ada yang resign, atau pindah ke kota lain) menyempatkan diri hadir.

Mereka jauh-jauh berkendara minim 3 jam hanya untuk menghadiri acara tersebut, gak sampai sejam mungkin. Dan balik lagi berkendara 3 jam. Untuk apa? Untuk menikmati hidangan? Untumu kuwi.

Mereka menghargai si mempelai yang sudah mengundangnya dengan berkorban waktu, tenaga dan biaya. Tidak ada raut muka terpaksa, tertekan atau sungkan kalau ndak datang. Mereka datang dengan ikhlas.

Ya Allah, ternyata masih banyak makhlukmu di dunia ini yang masih menjaga akhlak Baginda Rasul Muhammad, JAGALAH SILATURRAHMI.

16 July 2017

Telegram, Salahkah Engkau Dengan Segala Kelebihanmu?

Sedang anget-angetnya rencana pemblokiran Aplikasi Pesan Instan Telegram oleh Kemenkominfo Pak Rusdiantara. Kenapa anget? Karna belum dingin. Mboh

Rencana pemblokiran Telegram ini didasari oleh penggunaan Aplikasi tersebut oleh Para Teroris, dhi ISIS di Indonesia. Mereka mendiskusikan sesuatu, baik rencana Kotor mereka (saya anti bilang Jihad untuk mereka), tata cara membuat bom, pengkaderan, pelatihan dsb melalui aplikasi Telegram ini.

Saya dulu sih sudah tahu ada alat namanya Telegram yang digunakan untuk mengirimkan pesan kepada seseorang di tenpat yang jauh melalui media elektronik. Ingat dulu belum marak hape android, hape china dual SIM aja masih belon ada. Kalau NOKIA sudah ada kayaknya. Tapi mahalnya gak ketulungan. Belum Kartu SIM nya yang naudzubillah itu.

Dulu masih pakai telpon rumah atau telpon umum. Bisa melalui warnet atau gerai telpon umum milik Telkom di pinggir jembatan Jalan. Ada yang pakai kartu semacam kartu SIM jaman sekarang dimana ada nominal disana dan gak bisa diisi ulang. Kalau habis ya beli lagi. Setiap dipakai nelpon nanti di kartu tersebut ada semacam lubang yang menandakan sisa uang yang masih bisa kita pakai untuk nelpon.

Pesan yang dikirimkan melalui Telegram juga unik, walauoun saya belum pernah sekalipun mencobanya. Alasan utamanya saya belum punya uang saat itu, juga mau berkirim pesan sama siapa? Biasanya pesan melalui Telegram sangatlah singkat dan sepertinya tidak ada pilihan tanda baca disana. La kalau kirim pesan tanda baca dibuat seperti kata biasa. Contoh nih, tanda baca "," ditulis KOMA. Tanda baca "!" Dibaca TANDA SERU. Asik juga sih sebenarnya, cuma kalau untuk saya pakai sekarang kurang asyik. Soalnya kalau lagi chat sama istri atawa teman ya panjang lebar. Kadang juga penekanan atas kalimat chat gak cuma satu tanda baca. Semuanya diketik. Coba aja kamu pikir sendiri.

Baru hari ini saya iseng install Telegram di Google Play. Pengen ngerasain chating lewat Telegram. Sebenarnya hampir sama dengan aplikasi pesan instan saya pakai sehari-harinya yaitu Whatsapp dan BBM. Itupun BBM sudah jarang saya pakai. Aplikasinya berat dan apabila ada ada yang kirim gambar di grup tidak bisa dihapus kecuali oleh adminnya. La puyeng aku. Wong hapenya masih standar masyarakat ngehe. Gak kuat untuk beli yang bermemori jumbo. Tapi memang ada yang membedakan Telegram ini dengan aplikasi yang aku pakai sehari-hari itu. Ini juga hasil otak atik Telegram dan baca artikelnya.

1. Aplikasi Uduhan di Google Play lebih ringan. Masih berat whatsapp dan BBM. Jadi lumayan tidak membebani Kantong Memori.
2. Ada pilihan secret chat. Ini yang menjadikan ISIS memakai Telegram. Telegram mempunyai fotur enkripsi yang tidak bisa diurai oleh orang lain. Kemungkinan pasti ada, tapi kecil, kayak punya kamu.
3. Berbasis Cloud. Karena cloud, maka tidak perlu syncronise apabila mau dipakai lewat laptop, komputer atau smartphone secara bersamaan. Hebat pisan.
4. Fitur sharing file mencapai 1,5GB. Gile bener kalau ini mah. Ngirim file film gratisan aja sekira 500 MB. Ini 3x nya cuiy. Gak habisin kuota apa?
5. Pembuatnya juga hebat. Kantornya gak jelas. Memang misterius.

Terlepas dari fitur-fitur diatas, saya masih nyaman saja pakai whatsapp ama BBM. Karena fitur tsb masih belum terlalu berguna untuk aku. Istriku juga males berpindah kelain hati Aplikasi. Apalagi masih belum ada video call nya. Nyoba otak atik masih sebatas voice call saja.

Mau tetep pakai aplikasi pesan instan yang sebelumnya semisal whatsapp, BBM, Line, Kakao Talk atau pindah ke Telegram biar kayak ISIS (gak ding) monggo saja. Mau klik iklan disini juga monggo. Mana yang enak. Pelan-pelan saja....DESPACITO...

05 July 2017

Kisah Inspiratif (Gak tahu ini fiktif atau nyata) -> Anakku ranking ke-23 ...


Di kelasnya ada 25 orang murid, setiap kenaikan kelas, anak perempuanku selalu mendapat ranking ke-23. Lambat laun ia dijuluki dengan panggilan nomor ini. Sebagai orangtua, kami merasa panggilan ini kurang enak didengar, namun anehnya anak kami tidak merasa keberatan dengan panggilan ini.

Pada sebuah acara keluarga besar, kami berkumpul bersama di sebuah restoran. Topik pembicaraan semua orang adalah tentang jagoan mereka masing-masing. Anak-anak ditanya apa cita-cita mereka kalau sudah besar? Ada yang menjawab jadi dokter, pilot, arsitek bahkan presiden. Semua orang pun bertepuk tangan. Tapi anak perempuan kami terlihat sangat sibuk membantu anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya.

Didesak orang banyak,akhirnya dia menjawab ,,,
"Saat aku dewasa, cita-citaku yang pertama adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak-anak menyanyi, menari lalu bermain-main".

Demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan apa cita-citanya yang kedua.
Dia pun menjawab ,,,
"Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang."

Semua sanak keluarga saling pandang tanpa tahu harus berkata apa. Nampak raut muka isteriku pun terlihat canggung sekali.

Sepulangnya kami kembali ke rumah, isteriku mengeluhkan ke padaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak hanya menjadi seorang guru TK?

Anak kami sangat penurut, dia tidak lagi membaca komik, tidak lagi membuat origami, tidak lagi banyak bermain. Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan terus tanpa henti. Sampai akhirnya tubuh kecilnya tidak bisa bertahan lagi terserang flu berat dan radang paru-paru. Akan tetapi hasil ujian semesternya membuat kami tidak
tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja rangking 23.
Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak memahami akan nilai di sekolahnya.

Pada suatu minggu, teman-teman sekantor mengajak pergi rekreasi bersama. Semua orang membawa serta keluarga mereka. Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan kebolehannya.
Anak kami tidak punya keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan sangat gembira. Dia seringkali lari ke belakang untuk mengawasi bahan makanan, merapikan kembali kotak makanan yang terlihat sedikit miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap wadah sayuran yang meluap ke luar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.

Ketika makan, ada satu kejadian tak terduga. Dua orang anak lelaki teman kami, satunya si jenius matematika, satunya lagi ahli bahasa Inggris berebut sebuah kue. Tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau saling membaginya. Para orang tua membujuk mereka, namun tak berhasil. Terakhir anak kamilah yang berhasil melerainya dengan merayu mereka untuk berdamai.

Ketika pulang, jalanan macet. Anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku membuat guyonan dan terus membuat orang-orang semobil tertawa tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan berbagai bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan. Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang
mendapatkan guntingan kertas berbentuk hewan masing-masing, dan mereka terlihat begitu gembira.

Selepas ujian semester, aku menerima telpon dari wali kelas anakku. Pertama-tama mendapatkan kabar kalau rangking sekolah anakku tetap 23. Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang terjadi. Hal yang pertama kali ditemukannya selama lebih dari 30 tahun mengajar. Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan. Dalam soal itu tertera: SIAPA TEMAN SEKELAS YANG PALING KAMU KAGUMI DAN APA ALASANNYA?
Dan jawaban dari semua teman sekelasnya sama, tak ada satu pun yang beda. Mereka serentak menuliskan nama anakku.

Mereka bilang karena anakku sangat senang membantu orang, selalu memberi semangat, selalu
menghibur, selalu enak diajak berteman, dan banyak lagi.

Si wali kelas memberi pujian ,,,
"Anak bapak ini kalau bertingkah laku terhadap orang, benar-benar nomor satu".

Tak berselang lama aku mencandai anakku dan berkata padanya ,,,
"Suatu saat kamu akan jadi pahlawan".

Anakku yang sedang merajut selendang leher tiba-tiba menjawab ,,,
"Bu guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan."

Dia lalu melanjutkan ,,,
"Ayah... Aku tidak mau jadi pahlawan. Aku mau jadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan saja."

Aku terkejut mendengarnya. Dalam hatiku pun terasa hangat seketika. Seketika hatiku tergugah oleh anak perempuanku. Di dunia ini banyak orang yang bercita-cita ingin
menjadi seorang pahlawan, jadi orang-orang hebat, atau orang terkenal. Namun anakku memilih untuk menjadi orang yang tidak 'terlihat'. Seperti akar sebuah tanaman, tidak terlihat, tapi dialah yang mengokohkan, dialah yang memberi makan dan dialah yang memelihara kehidupan yang lain.

~  ~  ~

Sahabatku,,,
Hidup itu bukan semata-mata untuk menunjukan siapa yang paling penting, siapa yang paling berperan, atau siapa yang paling hebat, tapi sederhana saja, siapa yang paling bermanfaat bagi yang lain ...

Copas, karena ini bukan kisahku atau aku penulisnya.

Terpujilah yang menceritakan ini.


04 July 2017

Melatih kepekaan rasa dari Perilaku Bid'ah di Hari Lebaran

Sebenarnya saya pengen nulis tentang "Warisan", berhubung saya sedang mendapat jatah (lebih tepatnya) memilih berlebaran di Banyuwangi. Kota yang oleh Pemkab Banyuwangi disebut juga "Sunrise Of Java" karena letaknya di ujung timur propinsi Jawa Timur dan otomatis paling timur Pulau Jawa, ya iyalah. Kota ini juga sudah mulai dikenal dengan sebutan lainnya, yang jauh dari sebutan laiknya kota lain di Indonesia, Kotanya Afi Nihaya Faradisa. Cieee. Tapi saat melihat Artikel di Mojok.co tentang "Warisan" la kok sudah diberi Catatan Redaksi. Ternyata sudah ada 2 tulisan sebelum itu yang sudah di muat. Ternyata Mojok.co bisa juga ngasih SP3.
Saya berlebaran di kota ini bukan karena saya berasal dari Banyuwangi, tapi nasib asmara lah yang membuatku kesini, karena saya berasal dari sebuah Kota Ibukota propinsi di Jawa Tengah. Inisial kotanya SMG, gak penting banget.
Di Banyuwangi ini, kalau dari tempat Afi mendapatkan "Warisannya" cuma sepelemparan batu saja. Batunya habis dilempar, diambil, dilempar lagi, diambil lagi, dilempar lagi  sampai Warisannya Afi habis. Puelosook nian.
Lebaran disini, di kampung istri sangatlah berbeda dengan Lebaran di Kampung Halaman berinisial SMG tadi. Disini yang dibahas Warisannya Afi, gak ding.
Kita bahas Lebaran ajah.
Disini, Di Indonesia, kebanyakan Orang Islam di akhir bulan Ramadhan mulai berduyun-duyun pulang kembali ke daerah asal. Istilah kerennya Mudik (Menuju Udik). Mereka (termasuk saya) bekerja maupun berkarya di daerah atau kota lain.
Yang bisa jadi, biaya pulang-pergi ke daerah asal menghabiskan sepenuh gaji bulanan. Tanpa potongan, tanpa pengeluaran rutin, tanpa embel-embel penyusutan, hanya digunakan untuk biaya Mudik Pulang Pergi. Bahkan ada yang habis digunakan untuk pulangnya saja. Untuk biaya pergi kembali ke daerah atau kota dimana kita bekerja sudah mengumpulkan dari setelah Lebaran tahun sebelumnya.
Itupun belum untuk beli oleh-oleh, makanan kecil, ataupun sedikit sangu untuk anak-anak yang bersilaturrahmi ke rumah kita di Udik, di desa.
Sudah kebayang? Kira-kira berapa duit dipakai untuk kegiatan Bid'ah yang sia-sia ini? Kegiatan yang Rasul Muhammad tidak pernah melakukannya. Gimana mau melakukan, wong ya Rasul Muhammad gak kemana-mana. Rasul Muhammad bermukim di Mekah. Sempat Hijrah ke Madinah namun kembali lagi ke Yatsrib (Mekah). Sampai sekarang pun di Arab Saudi, dimana Mekah dan Madinah berada tidak pernah ada kegiatan Bid'ah sia-sia ini. Disana Zonder Mudik. Karena disana tidak ada Desa. Disana kota semua, kaya semua. Ini katanya lo ya. La wong saya belum pernah jadi TKI disana. Apalagi Haji atau Umroh yang biaya dan daftar tunggunya bikin ngelus dada Chelsea Islan.
Gak perlu ada namanya Desa. Sudah gitu Mudik kegiatan Bid'ah lagi. Tahu kan kalau Arab Saudi paling gak demen sama hal berbau Bid'ah? Bisa jadi orang sana bilang kalau Mudik itu Kegiatan yang sudah Bid'ah, Mubadzir lagi. NERAKA KUADRAT.
Uang hasil kerja keras selama setahun penuh, tabungan disiapkan dengan berdarah-darah, dipakai untuk biaya pulang, beli oleh-oleh dan beli makanan kecil sama orang yang keluarga aja bukan, kadang-kadang sudah diingat-ingatpun masih lupa. Ketemu aja jarang, apalagi sempat ngeshare Artikel Dakwah Sunnah di grup wasap. Kemungkinannya hampir mustahil.
Sudah demikian gilanya, seringkali malah ngasih uang saku lagi. Gila gak? Tambah gila kalau saya tanya ke Istri, itu anaknya siapa? Istri komat-kamit sambil ngomongin silsilah yang apabila dituliskan bisa sampai ke rumahnya Afi sono.
Lalu kenapa, kok ritual Bid'ah ini begitu sangat digemari, sampai orang-orang rela menuju ke Udik? Sampai dibela-belain Demo Berjilid-jilid, eh. Nabung, ngirit-ngirit pengeluaran demi apa coba? Kalau demi Cintanya Chelsea Islan sih gpp (Daripada jadian sama Bastian to), tapi ini demi bersusah payah, berpeluh keringat, berdesak-desakan, antri mengular untuk segera sampai ke Udik. Tiket segitu banyaknya habis. Bid'ah apa lagi ini, sampai dilakukan sedemikian masif dan berjamaah.
Biarpun dikata Bid'ah tapi mereka termasuk saya gak ngurus bila Mudik mau dikata Bid'ah ataupun pekerjaan yang sia-sia. Tahu gak kalau di Mudik itu kita bisa merasakan kangen luar biasa untuk kembali. Kembali kepada asal dimana kita berasal, dimana kita lahir.
Di kampung halaman kita bisa berziarah kepada sesepuh yang sudah meninggal, sungkem kepada orang tua yang sudah bersusah payah merawat, menyayangi dan mengasihi sepenuh hati. Merajut tali silaturrahmi yang terkoyak oleh Pilkada. Hmm...
Ambil contoh disini, kampung halaman istri ini termasuk daerah terpencil (cuma sepelemparan batu kok). Penduduknya mayoritas petani. Baik petani padi atau buah, yang untuk mikir besok mau makan enak saja sudah seperti tim sukses Mumetnya, boro-boro mikir calon Gubernur yang kalau dipilih kita bisa masuk neraka.
Yang terpenting disini adalah Saudara bisa saling SAMBANG walaupun di jalan pun sepulang Shalat Ied sudah ketemu. Ngobrol ngalor ngidul tentang kehidupan dan asmara, haist, tentang keluarga. Saling tanya kabar kehidupan setahun lalu, tanya keponakan-keponakan yang Lebaran tahun ini nongol. Saling memberi kabar saudara maupun teman yang sedang terlilit susah. Sudah gitu la kok gantian sambang ke rumahnya, kadang di hari yang sama pulak. Terus apa yang dibicarakan? Masih ada yang kurang? Apa amplopnya mau diambil lagi?
Bagi masyarakat disini yang terpencil ini, hiks. Bukanlah Pilihan Calon Bupati, Calon Gubernur atau Calon Presiden yang bisa membawa kita masuk surga. Tapi Seseorang yang masih ingat bahwa masih banyak Saudara kita yang kangen kabar kita, tahu bahwa kita masih ingat mereka. Terlepas apa pilihan Warna Sandal Jepit saat Shalat Ied.

TAKBIIR

Artikel tidak laik muat di Mojok.co
Hahaha

03 July 2017

Cari Toko Yang Jual Kaos Atau Ingin Beli Kaos Di Toko Yang Menjualnya Di Jember

Kaos Aneh? Gak bisa mikirkan ya? Aneh. Gitu aja kok gak bisa.

Ini kaos akan segera dijual di Jember. Pengennya sih besar-besaran tapi nunggu ongkos modal dulu lah. Baru besar-besaran. Bikin toko, website atau apalah yang bikin tenar jualan.

Nantinya kalian akan akan bamyak menemukan Logo Kaos seperti ini

Logonya gak bagus-bagus amat sih. Tapi bikin ketagihan. Tak tambahi Mbako sama Cabe, biar jadi Addict.

Harganya gak murah kok, agak mahal. Jadi biar kekinian untuk bilang : Beli Kaos Yang Mahal Tapi Buagus. Merdekaaaaa....

Kemarin Stok nya tinggal ini aja, dan sudah habis.
Kurang siip kan? Tapi tenang, habis lo. Haha

Okelah, ini cuma woro-woro saja. Nanti kalau sudah ready lagi ya update lagi.

Gak niat jualan ya? Memang.
Aku cuma niat cari uang halal dengan jalan jualan. Prek

Apartemen Pertama Di Jember

Jember yang termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia Jawa Timur ternyata baru akan membuat Apartement. Gapapa lah, Telat gapapa, asal gak jadi hamil daripada tidak sama sekali toh.

Biasanya Apartemen dibuat untuk menjembatani area yang nantinya dijadikan Perumahan sudah terbatas, harga jualnya pun gila-gilaan. Makanya dibuatlah Apartement. Karena secara konsumsi tanah gak perlu berhektar-hektar tanah sudah bisa dihuni berjuta-juta beratus-ratus orang. Karena tumbuh itu keatas, bukan kesamping. Cocok ya sama iklan. Iya lah, biar yang punya perusahaan ngiklan disini.

Saat ini sudah disiapkan lahan yang (katanya) akan dibuat Apartement di Jember. Di perempatan Tidar. Kenapa Tidar? Kok gak Mastrip atau Kaliurang? Ya gak tahu lah, mungkin karena Prabu Gaj Ahmada bilang gitu ke yang Mbabat Alas Jember dulu.

Harganya berapaan? Belum tahu juga, wong ya masih belum diapa-apain, kan masih Taarufan. Kalau sudah nikah baru diapa-apain.

Tunggu saja kabar baiknya, nanti semoga saja saya masih sempat mengUPDATE.

Meme merupakan Masa Depan Rakjat

Sudah tahu kan kalau Ryuji Utomo ngamuk-ngamuk karena pacarnya yang sedap abis itu dibikin Meme. Iya, Meme. Tanpa "K" pastinya. Kalau ada huruf K saya ndak mau bahas. Bisa di banned Gugel.

Belum tahu pacarnya Ryuji Utomo si pemain Persija Jakarta? Gugel_ing lah.

Meme, atau Meme Internet (bahasa Inggris : Internet meme) [1] adalah sesuatu yang menjadi terkenal melalui Internet, [2] seperti gambar, video, atau bahkan orang. Meme Internet biasanya tercipta saat seseorang membuat atau mengunggah sesuatu di Internet, dan menyebar secara luas. Istilah bahasa Inggris meme dicetuskan oleh Richard Dawkins tahun 1976 melalui bukunya yang berjudul The Selfish Gene .[1]. Meme Internet dapat berbentuk pranala, video, gambar, laman web, tagar (hashtag), atau hanya sekadar kata atau ungkapan. Meme dapat menyebar dari orang ke orang melalui jaringan sosial, blog, surel, sumber berita, atau layanan berbasis web -> ini pengertian saya ambil dari Wikipedia.

Aku bahas yang bagian gambar aja lah.

Gambar meme banyak sekali bertebaran di gugel, sampai-sampai Ryuji ngamuk itu. Meme dibuat bisa dengan tujuan iseng, lucu-lucuan atau kritik. Terserah juga sih yang buat, wong ya dia ndiri yang buat.

Tapi yang bikin nyesek itu kadang gambarnya gak harus dari Obyek yang akan disampaikan melalui Meme. Kadang dari comotan artikel atau dari gambar gratisan di internet. Karena moment yang pas, itu gambar dijadikan Meme. Terang aja Ryuji ngamuk, la wong pacarnya dijadikan Meme yang buat santapan makan siang Warganet. Seluruh dunia bisa lihat juga malah. Heleh, terlalu tinggi juga sih. Walaupun bisa lihat tapi kan ya gak mudeng maksud Meme itu. Buatlah pakai inggeris, biar pada mudeng seluruh jagat koret-koret raya ini.

Memang asoiy juga pacarnya Ryuji ini dijadikan Meme. Haha

Udahan bahas dia, cuma sedikit aja yang diambil darinya agar bisa memahami arti Meme, paling klean malah memahami arti BJ.

Meme ini sudah menjadi alat perubahan arus percakapan dunia dalam berita maya. Jadi semacam micin. Kadangkala dari meme ini orang dapat memahami arti sebuah ungkapan atau nasehat secara masif dan terstruktur langsung. Gak kudu banyak mikir. Lihat Meme langsung jreng. Extra Jos Blend pun kalah cepat efeknya. Habis ini Extra Jos ngasih saya upeti.

Gimana kalau Meme dijadikan pelajaran di sekolah. Mulai SMA lah, karena paling banyak mereka punya persediaan foto yang bisa dijadikan Meme, biar fotonya ada gunanya, gak harus aplod IG aja. Mereka bisa membuat Nasehat, Petuah, Kritik, atau Joke melalui Meme. Bisa gantikan Mario Teguh lah. Atau seenggak-enggaknya jadi Stand Up Comedy rasa Meme (tanpa K).

Pernah nemuin juga kan Meme tentang banyaknya Presiden Impor dari Turki untuk jadi Presiden disini. Potonya cari yang suip pokoknya. Lawannya cari yang "heleh" potonya. Jadi tambah mengenaskan mengesankan.

Kalau saya sih gak bisa buat Meme. Saya bisanya ya gini, buat artikel gak penting tentang Meme ((TANPA "K")). Biar dikira agak kritis dan intelek saja.

Wong ya pembuat Meme sudah bersusah payah buat Meme dengan ambil poto, caption dan tata letak yang sip. Eh, penyebarnya tinggal Share aja, itupun ditanya maksudnya apa malah suruh mendalami Meme itu. Wong ya bukan yang buat kok sok sokan bilang gitu.

Jadilah pembuat Meme yang baik dan benar sesuai norma kesusilaan dan kesopanan yang berlaku, juga untuk pembela Meme jangan cuma sar-share aja, ijin dulu atau gimana kalau memang itu bukan konsumsi publik. Biar sama enaknya gitu loh. Slogannya tetap sama : Anda Senang, Kami Lemas. Merdeka...!!

Tetap jaga marwah perMEMEan kita karena MEME ADALAH MASA DEPAN RAKJAT!!