Search This Blog

10 February 2018

Sakit yang Lebih dari Sakit Gigi dan Sakit Hati

Ada pepatah mengatakan bahwa lebih baik sakit gigi daripada sakit hati.

Sakit gigi tinggal dibawa ke dokter gigi, beres perkara. Mo ditembel atau di cabut, sakitnya sirna. Kayak cintamu. Ehm.
La kalau sakit hati, belum ada dokter khusus spesialis hati. Adanya spesialis penyakit dalam. Bisa-bisa hati kita di kobel-kobel, padahal sakitnya tuh kerasa tapi gak kelihatan. Atiiitt tahu.

Ini sungguh permasalahan pelik, gak cuma bagi para kawula muda, "man jaman old" pun juga merasakan. Kamu belum tahu? Iya, kamu. Belum tahu? KAMSO!.

Jadi seharusnya mas Zadith Taqwa gak cuma memberi kartu kuning kepada Pak Jokowi. Harusnya sekalian Kartu Merah juga. La sampai sekarang Indonesia belum punya Dokter Spesialis Reparasi Hati lo. Presiden sebelumnya malah cuma di nyanyiin, kalau sekarang malah di nyinyirin. Atiit tahu.

Biar Indonesia menjadi peletak tonggak sejarah Pereparasian Hati yang Tersakiti, mari kita buatkan 3 tuntutan kepada Presiden :

1. Disegerakan Dokter Spesialis Reparasi Hati yang Tersakiti.

2. Mudahkan akses pereparasian tanpa melihat umur dan latar belakang.

3. Sudahi saja pemutaran film Dilan 1990 di bioskop-bioskop. Kami sebagai warga Indonesia Cupu tidak dapat lawan jenis dengan cara-cara itu. Boro-boro mau bilang, deket aja sudah ngompol.

Tapi, btw, anyway, ngomong-ngomong. Saya sebagai lelaki tulen, yang tiap pagi bangun tidur masih merasakan ada benda mati bermetamorfosa menjadi makhluk hidup yang hidup dalam makhluk hidup. Bukan parasit, bukan pula penyakit, akan memberikan Sakit yang lebih SAKIT daripada Sakit Gigi dan Sakit Hati. Yakni kecepit resliuting celana. Serasa dunia runtuh, beserta durian-durian yang ada di dalamnya runtuh pas di jidat kita.

KARENA MASA DEPAN KAMI ADA DI BAGIAN YANG KECEPIT TADI. atiiittt tahuuuu. Hiks

No comments:

Post a Comment