Search This Blog

03 October 2016

Mencegah Kecanduan Gawai pada Anak

Kecanduan gawai artinya anak menghabiskan sangat banyak
waktu dengan gawai. Waktu mereka dengan gawai melebihi
waktu interaksi dengan manusia nyata. Anak selalu memegang
gawai dalam setiap kesempatan, termasuk pada saat makan,
atau di tempat tidur. Mereka abai terhadap banyak hal, seperti
interaksi dengan orang lain, pelajaran, dan tugas-tugas di
rumah.
Saya tak perlu berpanjang lebar menjelaskan akibat kecanduan
gawai itu. Anak jadi susah dikontrol, tidak lagi mendengarkan
kita. Hubungan kita dengan anak terputus. Prestasi belajar
mereka akan rusak. Boleh jadi fisik mereka pun akan rusak,
terutama mata.
Bagaimana mencegahnya? Pertama, membebaskan diri kita dari
kecanduan gadget. Anak yang kecanduan biasanya tumbuh dari
orang tua yang kecanduan. Anak tidak hanya meniru orang tua,
tapi menemukan pelarian sendiri saat diabaikan oleh orang tua
mereka yang kecanduan. Maka kalau Anda sendiri mengalami
kecanduan dengan ciri-ciri di atas, segeralah lakukan
pengobatan untuk diri Anda sendiri.
Apa yang mesti dilakukan agar anak kita tidak kecanduan
gawai? Sebenarnya ini berlaku juga untuk berbagai jenis
kecanduan lain, seperti TV, game, atau komik. Hal terpenting
adalah menyediakan waktu sebanyak mungkin untuk berinteraksi
dengan anak, memberi mereka perhatian sebanyak mungkin.
Anak-anak pada dasarnya sangat membutuhkan interaksi dengan
orang tua. Mereka akan lapor saat melihat, mendengar, atau
mengalami sesuatu yang tidak biasa, atau membuat mereka
senang/sedih. Tapi apa yang terjadi saat anak memberi tahu
sesuatu pada kita? Kita mengabaikannya, menganggapnya tidak
penting, atau bahkan memarahinya. Itu terjadi karena kita
sendiri asyik dengan hal lain seperti gawai, TV, obrolan dengan
teman, atau dengan pekerjaan kita. Kalau itu terjadi, anak
akan mulai berhenti bicara dengan mereka. Mereka akan mencari
hal-hal lain.
Kedua, ajak anak melakukan aktivitas bersama. Bentuknya bisa
sangat banyak. Bisa main, masak, olah raga, berbincang, atau
sekedar bercanda. Banyak orang tua yang mengeluh, sulit
menyuruh anak berhenti dari keasyikan mereka dengan gawai.
Kenapa? Karena hanya disuruh, tidak dialihkan kepada hal lain
yang lebih positif, dan orang tuanya tidak terlibat. Ketimbang
menyuruh, mengajak akan lebih efektif. Kalau anak-anak terlalu
asyik nonton TV atau main gawai, cobalah ajak mereka
melakukan hal lain, seperti main sepeda, atau hal lain. Pasti
akan lebih mudah.
Ketiga, bantu anak dalam pelajaran. Kesulitan dalam pelajaran
membuat anak menjadi kehilangan gairah untuk belajar. Saat
mereka kesulitan banyak orang tua yang tidak peduli, tidak
membantu. Anak jadi frustrasi. Mereka enggan belajar, dan
mulai mencari hal lain. Bantulah anak mengatasi kesulitan
mereka, buat agar belajar itu menyenangkan. Manfaatkan
internet untuk melakukan eksplorasi yang membuat pelajaran
lebih menarik dan mudah dipahami.
Keempat, perhatikan batas umur anak. Jangan berikan
penguasaan gawai kepada anak yang belum cukup umur. Demikian
pula dengan akun media sosial. Facebook misalnya menetapkan
batas usia minimal 13 tahun. Jangan langgar batas itu.
Kelima, beri tahu anak tentang apa itu internet, manfaat dan
kerugiannya. Tidak cukup sekali, tapi mesti berulang-ulang,
agar anak-anak paham dan sadar.
Keenam, batasi dan minimalkan waktu penggunaan gawai oleh
anak-anak secara ketat. Biasakan pula agar mereka
mengaksesnya di ruang terbuka, misalnya di ruang keluarga,
yang berada dalam jangkauan pengawasan kita. Jangan biarkan
anak-anak terbiasa main gawai di tempat tersembunyi. Jangan
biarkan mereka main gawai saat kita tidak berada di dekat
mereka.
Intinya adalah, penuhi waktu anak dengan interaksi bersama
kita, sehingga mereka cukup mendapat perhatian, dan tidak
tenggelam dalam keasyikan sendiri.

Ini saya tampilkan di blog ku sebagai pengingat untukku juga. Masih banyak waktuku berasik masuk dengan gawai saat di rumah. Bukqn berarti aku sudah bisa dan artikel ini buatanku.

Artikel asli oleh Kang Hasan (Hasanuddin Abdurakhman) dapat dilihat disini
http://abdurakhman.com/mencegah-kecanduan-gawai-pada-anak/

No comments:

Post a Comment